Sunday, June 29, 2014

Jatuh? Ya Bangun! (y)

Jatuh?
Kata “Jatuh” dalam kamus bahasa Indonesia memiliki banyak arti, di antaranya : ja·tuh v 1 (terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dng cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dl gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dsb): tabung kaca itu — dan hancur; 2 turun banyak (harga, nilai, dsb); merosot: harga mobil di pasar bebas –; 3 sampai ke …; tiba di …; kena pd …; tembus ke …; ditujukan ke: jalan kecil ini — ke Kampung Ambon; teranglah sindiran itu kpd saya — nya; 4 bertepatan dng; berbetulan dng; tepat pd: perayaan triwindu — pd hari Selasa, tanggal 15 bulan Maret; 5 berhenti memegang kekuasaan (tt pemerintah, kabinet, dsb): 6 bangkrut (tt toko, kongsi, dsb); 7 kalah atau dirampas musuh (kota, benteng, dsb); 8 tidak lulus (dl ujian); gagal (dl usaha); sangat menderita (rugi, sengsara, dsb); 9 tidak tahan lagi (oleh godaan, penderitaan, cobaan, dsb); 10 menjadi (sakit, miskin, cinta, dsb): – miskin;busuk kerbau, — berdebuk, pb perbuatan yg kurang baik lambat laun akan ketahuan orang lain juga..
Baiklah, mungkin definisi-definisi di atas terlalu berbelit-belit :D
Singkatnya, Jatuh adalah suatu kondisi atau situasi yang dialami seseorang atau banyak orang yang dominannya dapat merugikan ataupun menyakitkan baik itu dengan dampak yang besar maupun dampak kecil..
Satu contoh permasalahan.. Apa ya?
Baiklah, saya akan mengambil contoh dari salah satu pengalaman saya..
Sewaktu SD, saya dapat dikatakan sebagai bintang empat sekolah :D karena sekolah saya memiliki 3 tetangga sekolah lain di dalam satu kompleks atau lingkungan. Nah, semasa SD ada berbagai macam ekstrakurikuler yang bebas untuk diikuti seluruh siswa tanpa batas, tidak seperti SMP dan SMA jika sudah memilih satu kegiatan, harus fokus di satu tempat itu (menurut pengalaman sekolah saya).
Semasa SD, saya menjadi pemimpin upacara setiap hari senin, menjadi tadulako atau pemimpin salah satu tarian tradisional (Tadulako) Sulawesi Tengah yaitu Pamonte, menjadi pemimpin senam atau olah raga SKJ 2004 setiap hari jumat, menjadi salah satu anggota vocal group berwarna suara alto, mewakili sekolah mengikuti pertandingan catur, dan tentunya menjadi juara kelas..
Saat SD sih, saya menganggap semua hal itu adalah biasa dan hal itu akan terus terjadi. Tetapi seiring berjalannya waktu dan terlalu terlena dengan prestasi yang telah saya ukir semasa SD, sehingga di masa SMP saya hanya melakukan hal – hal yang biasa saja dan menganggap hal – hal yang seharusnya saya tidak lakukan pun menjadi hal – hal yang biasa. Yang paling parahnya, saya lupa diri dan tidak tau bahwa saat itu saya sedang “Jatuh”!
Jatuhnya bagaimana? Jatuhnya adalah saya membiarkan diri saya bermegah / menyombongkan diri dengan apa yang telah saya capai dan hanya duduk diam serta beranggapan bahwa semuanya akan baik – baik saja dan akan tetap sama seperti dulu dan saya akan tetap menjadi bintang yang terus bersinar..
Ternyata tidak! Semuanya berbeda! Memang, saya masih mendapatkan peringkat satu sampai kelulusan SMP dan menjuarai lomba vocal group maupun paduan suara saat SMP, tetapi ada beberapa saat saya menggunakan cara yang tidak terpuji untuk mendapatkannya, yaitu dengan menyontek saat ulangan -.- Parah! (Tetapi sekarang sudah berubah kok :D )
Saya tidak tau apakah guru yang mengawas memang tidak mengetahuinya atau berpura – pura tidak mengetahuinya, tetapi bukan hanya saya saja yang melakukan tindak keji itu -.-
Bukannya ingin menjatuhkan teman – teman saya atau mengikutsertakan mereka dalam tindak kriminal saya ini, tetapi itulah kenyataannya. Kami sama – sama bersekongkol. Tapi satu hal yang saya sangat syukuri, Tuhan tidak pernah membiarkan anak – anakNya jatuh, tetapi kalaupun jatuh, tidak sampai tergeletak! Yah, kata – kata yang ini sudah pernah saya tuliskan di post yang sebelumnya yaitu bertitle “Bersyukurlah”..
Saya tidak tau apakah hanya saya yang sadar merasa bersalah serta menyesal atas perbuatan licik itu atau tidak, tetapi rasa sesal itu semakin menjadi – jadi hingga saya memasuki SMA sekalipun saya sudah berkomitmen saat mulai memasuki kelas 9 atau 3 SMP..
Kenapa? Bukankah itu semua sudah berakhir di SMP? Bukankah hanya orang – orang semasa SMP yang mengetahuinya? Ternyata tidak! Tidakknya di mana?
Saat saya mencoba untuk keluar dari keadaan “Jatuh” tersebut, it's too hard!
Sulitnya yaitu saya telah terbentuk (walaupun belum sepenuhnya terbentuk) menjadi orang yang pemalas, menyukai nilai baik tetapi menghalalkan segala cara dalam mencapainya, bergantung pada orang lain, tidak percaya diri, dan mudah menyerah saat SMP.
Tetapi saya memantapkan hati saya yang sudah sangat lelah dan lemah ini untuk “Bangkit” dan mengatakan pada diri saya sendiri bahwa tidak ada kata terlambat untuk berubah sekalipun hal itu sangat sulit untuk dilakukan dan sekalipun harus menerima berbagai konsekuensi yang mungkin tak terduga dan menyakitkan. Dan hal yang terpenting yang saya mantapkan di dalam diri saya adalah Tuhan senantiasa mau menerima anak-anakNya yang berbalik kepadaNya kapanpun dan sebesar apapun kesalahan yang kita perbuat asal kita mau mengaku dan merubah sikap kita yang diwujudkan dengan perbuatan.
Saat saya memulai komitmen saya yaitu untuk tidak mencontek maupun tidak memberikan contekan, banyak ejekan dan kata-kata yang menyakitkan seperti "mentang-mentang pintar", "sombong", "mau menang sendiri", yang dilontarkan teman-teman saya bahkan juga pernah dijauhi dan dimusuhi, tak luput pula rasa iri hati yang muncul saat nilai yang saya dapatkan tidak sepadan dengan usaha yang saya lakukan jika dibandingkan dengan nilai dan usaha yang dilakukan oleh teman-teman saya yang melakukan hal tidak terpuji untuk mendapatkannya. Tetapi bersyukur kepada Tuhan, saya dikuatkan untuk terus menjalankannya sampai suatu saat mereka sadar dan tidak pernah lagi bertanya dan berkata “tidak perlu dipertanyakan lagi, dia tidak akan memberi kita jawaban” bahkan mereka tidak pernah berani memanggil saya di saat ulangan berlangsung. Dalam hal ini saya ingin membagikan, sejauh dan sedalam hal apapun kita jatuh, dan dalam hal apapun kita jatuh, tetapi jika kita berharap dan berserah penuh pada Tuhan dan mau berusaha untuk mengubah sikap kita, kita PASTI bisa “Bangun” kembali bahkan kita dapat lebih bersinar jauh dari sebelum kita “Jatuh” dan tidak ada yang mustahil, kita dapat membuat orang juga turut “Bangun” dari kejatuhan mereka lewat kesaksian nyata hidup kita..

God bless :)


# On Thursday January 9th, 2014 moved from https://yolandaradeulan.wordpress.com

No comments:

Post a Comment